Daftar Isi
12 min read

Produk Domestik Bruto: Definisi, Fungsi, Cara Hitung

Tayang 10 Sep 2024
Ditulis oleh: Mekari Jurnal Fitriya
Produk Domestik Bruto
Produk Domestik Bruto: Definisi, Fungsi, Cara Hitung

Produk Domestik Bruto atau PDB merupakan salah satu indikator untuk mengukur kondisi perekonomian suatu negara.

Terus simak penjelasan mengenai definisi produk domestik bruto, fungsi, dan contoh cara menghitung PDB, Mekari Klikpajak akan mengulasnya untuk Anda.


Definisi dan Konsep Produk Domestik Bruto

Mengutip publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, Produk Domestik Bruto (PDB) untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara.

PDB menjadi alat untuk memantau pertumbuhan ekonomi, memahami struktur ekonomi, dan menjadi dasar dalam merumuskan kebijakan pemerintah di negara yang bersangkutan.

Sehingga indikator makin tinggi nilai PDB suatu negara, maka semakin besar pula tingkat ekonomi negara tersebut.

A. Pengertian PDB Menurut Para Ahli

Secara umum, pengertian Produk Domestik Bruto atau PDB adalah total nilai seluruh barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dari semua sektor dalam periode tertentu, biasanya dalam satu tahun atau per triwulan.

Sektor tersebut mencakup produksi dari sektor pemerintah, perusahaan swasta, dan konsumsi rumah tangga.

Menurut ahli ekonomi makro, seperti Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus (1995) dalam bukunya “Macroeconomics” , mendefinisikan PDB sebagai total nilai produksi barang dan jasa akhir yang dihasilkan suatu perekonomian tanpa memperhitungkan barang yang digunakan sebagai input produksi.

Kemudian Mankiw (2004) berpendapat bahwa Produk Domestik Bruto adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu, untuk mengukur pendapatan total suatu perekonomian dan total pengeluaran barang dan jasa.

B. Perbedaan PDB Nominal dan PDB Riil

PDB terbagi menjadi dua kategori, yakni produk domestik bruto nominal dan riil.

Perbedaan PDB Nominal dan PDB Riil terletak pada cara keduanya memperhitungkan inflasi, yakni:

  • PDB Nominal menghitung total nilai barang dan jasa yang diproduksi selama satu periode menggunakan harga pasar saat ini (aktual) atau tahun berjalan, tanpa penyesuaian inflasi.
  • Sedangkan PDB Riil mengukur total nilai barang dan jasa yang diproduksi setelah memperhitungkan inflasi, yakni berdasarkan tahun dasar yang ditetapkan untuk disesuaikan dengan inflasi.

Maka untuk mengetahui tumbuh tidaknya perekonomian suatu negara ditentukan berdasarkan tingkat kenaikan antara barang dan jasa (output) dengan kenaikan harga (inflasi).

Apabila nilai sesungguhnya atau aktual tahun berjalan lebih besar dari tahun dasar, artinya ekonomi mengalami pertumbuhan.

Sebaliknya, jika nilai aktual tahun berjalan lebih kecil dari tahun dasar, maka mengalami pertumbuhan yang negatif atau minus yang berujung pada resesi apabila terjadi dalam beberapa kuartal secara berturut-turut.

Baca Juga: Rasio Pajak Indonesia: Arti dan Perkembangan Tax Ratio

Metode Perhitungan PDB

Untuk menghitung pendapatan nasional atau PDB umumnya mengikuti standar internasional yang ditetapkan dalam Sistem Akun Nasional 1993.

Penghitungan PDB dilakukan dengan tiga pendekatan yang berbeda, di antaranya:

A. Metode Produksi (Production Approach)

PDB dihitung melalui pendekatan produksi yakni menjumlahkan nilai akhir dari barang dan jasa yang dihitung berdasarkan total nilai barang-jasa yang dihasilkan suatu negara.

Total nilai tersebut dihitung dengan cara menghitung nilai tambah di setiap tahap proses produksi, termasuk biaya produksi, upah pekerja, dan keuntungan perusahaan.

Nilai tambah adalah total penjualan dikurangi nilai input antara dalam proses produksi, contohnya:

  • Kain merupakan input antara, sedangkan pakaian adalah produk akhir
  • Jasa programer merupakan input antara, sedangkan aplikasi adalah produk akhir

B. Metode Pendapatan (Income Approach)

PDB dihitung melalui pendekatan dalam metode pendapatan yakni dengan cara menjumlahkan semua pendapatan yang diterima pelaku ekonomi atau masyarakat dan negara dalam suatu negara selama periode tertentu, seperti:

  • Gaji masyarakat
  • Keuntungan negara
  • Penerimaan negara dari pajak

C. Metode Pengeluaran (Expenditure Approach)

PDB dihitung melalui pendekatan pengeluaran yakni menjumlahkan semua pengeluaran dari sektor-sektor ekonomi dalam suatu periode tertentu, seperti:

  • Konsumsi rumah tangga (makanan, elektronik, layanan medis, dan lainnya)
  • Investasi bisnis (investasi perusahaan berupa mesin)
  • Pengeluaran pemerintah (gaji pegawai negeri dan aparatur negara, pembangunan proyek pemerintah, dan lainnya)
  • Selisih atas pembelian barang dan jasa oleh pihak asing (ekspor-impor)

Rumusnya: PDB = C + I + G + (X – M)

Keterangan:

  • C: Konsumsi
  • I: investasi
  • G: Pengeluaran pemerintah
  • X: Ekspor
  • M: Impor

Contoh Hitung PDB

Negara AAA memiliki data ekonomi dalam satu tahun sebagai berikut:

  • Konsumsi rumah tangga ( C ) sebesar Rp2.000 triliun
  • Investasi ( I ) sebesar Rp600 triliun
  • Pengeluaran pemerintah ( G ) sebesar Rp1.000 triliun
  • Ekspor ( X ) sebesar Rp400 triliun
  • Impor ( M ) sebesar Rp300 triliun

Maka perhitungan PDB Negara AAA sebagai berikut:

= Rp2.000 triliun + Rp600 triliun + (Rp1.000 – Rp300 triliun)

= Rp2.000 triliun + Rp600 triliun + Rp700 triliun

= Rp3.300 triliun

Fungsi dan Manfaat PDB

Secara umum, melalui pengukuran produk domestik bruto, suatu negara dapat memanfaatkan tingkat PDB untuk berikut:

1. Indikasi Pertumbuhan Ekonomi

PDB berfungsi sebagai salah satu metrik untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Peningkatan PDB menunjukkan perekonomian suatu negara tumbuh. Sedangkan penurunan PDB mengindikasikan perlambatan ekonomi.

2. Penilaian Kesejahteraan Masyarakat

PDB juga dapat berfungsi sebagai pengukur tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu negara.

Semakin tinggi PDB di suatu negara tersebut, maka semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan masyarakatnya.

Sebab PDB per kapita yang merupakan pembagian produk domestik bruto dengan jumlah penduduk digunakan untuk menilai standar hidup dan kesejahteraan masyarakat suatu negara.

3. Dasar Kebijakan Ekonomi

Tingkat PDB juga dapat digunakan pemerintah dan bank sentral suatu negara untuk merumuskan kebijakan ekonomi, seperti kebijakan fiskal dan moneter.

Melalui kebijakan tersebut diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat lebih stabil dan terus berkembang ke depannya.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi PDB

Pembentukan pertumbuhan domestik bruto dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai komponen dalam penghitungan PDB, di antaranya:

1. Investasi

Investasi menjadi komponen dalam menghitung tingkat PDB suatu negara, seperti investasi dalam infrastruktur, teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Berbagai bentuk investasi tersebut dapat meningkatkan kapasitas produksi suatu negara, sehingga pada akhirnya akan mendorong kenaikan PDB.

2. Konsumsi Rumah Tangga

Menurut BPS, konsumsi rumah tangga adalah pengeluaran yang dilakukan setiap rumah tangga untuk mengonsumsi barang dan jasa yang ada dalam perekonomian.

Kemampuan setiap rumah tangga dalam mengonsumsi barang dan jasa tersebut memengaruhi tingkat PDB.

3. Pengeluaran Pemerintah

Konsumsi pemerintah berkontribusi pada PDB di suatu negara, yakni pengeluaran pemerintah untuk proyek-proyek publik, seperti pembangunan infrastruktur dan layanan sosial, dan lainnya.

Merujuk Penjelasan Pasal 11 ayat (2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2003, belanja barang, belanja modal, pembayaran bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja lain-lain, dan transfer ke daerah.

4. Ekspor dan Impor

PDB dipengaruhi oleh kegiatan ekspor dan impor. Ekspor menambah nilai PDB, sedangkan impor mengurangi nilai PDB suatu negara.

Sebab kegiatan ekspor-impor di suatu negara tersebut akan memengaruhi neraca perdagangan.

Apabila tingkat ekspor lebih tinggi dibanding impor, maka neraca perdagangan mengalami surplus. Sebaliknya, jika impor lebih tinggi dibanding ekspor artinya mengalami defisit neraca perdagangan.

Surplus neraca perdagangan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang positif.

Pun demikian, meski neraca perdagangan defisit karena impor lebih tinggi dibanding ekspor, selama dipengaruhi oleh impor barang-barang modal, masih mengindikasikan perekonomian tumbuh karena impor tersebut bersifat produktif yang akan mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang.

Baca Juga: Asas Pengenaan dan Pemungutan Pajak yang Berlaku di Indonesia

Perbedaan PDB dengan Indikator Ekonomi lainnya

Selain Produk Domestik Bruto, ada indikator lainnya untuk mengukur perekonomian suatu negara. Lalu, apa perbedaannya dengan PDB?

A. PDB vs GNP (Gross National Product)

PDB maupun GNP (Pendapatan Nasional Bruto/PNB), keduanya digunakan untuk mengukur ekonomi nasional.

Apa itu GNP atau PNB? GNP adalah mengukur seluruh nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh warga negara suatu negara yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri pada periode tertentu.

Mengutip penjelasan Kementerian Keuangan pada edukasi Sesi Ekonomi di akun media sosial resmi @KemenkeuRI, bahwa perbedaan antara PDB dan PNB yakni:

  • PDB hanya fokus pada di mana produksi itu terjadi
  • PNB atau GNP hanya fokus pada siapa yang memproduksi

Contoh 1:

Tuan A merupakan warga negara Jerman yang bekerja di Indonesia. Maka gaji yang diterima Tuan A:

  • Secara geografis, akan masuk ke perhitungan PDB Indonesia.
  • Tapi secara kewarganegaraan, PNB-nya masuk ke Jerman.

Contoh 2:

PT BBB memiliki pabrik mie instan di Mesir. Maka profit atau keuntungannya akan masuk ke:

  • Secara geografis, akan masuk ke perhitungan PDB Mesir.
  • Sedangkan secara kewarganegaraan, PNB-nya masuk ke Indonesia.

B. PDB vs Inflasi

PDB dan inflasi merupakan dua hal yang berbeda. Jika PDB untuk mengukur hasil produksi ekonomi, sedangkan inflasi untuk mengukur tingkat harga barang dan jasa dari waktu ke waktu.

Kemudian inflasi dapat memengaruhi PDB nominal, namun tidak memengaruhi PDB riil.

Kritik dan Batasan PDB

PDB memang berguna sebagai indikator ekonomi, namun dinilai memiliki banyak keterbatasan dalam memberikan gambaran menyeluruh tentang kesejahteraan suatu negara.

Sehingga memunculkan beberapa kritik dan batasan terkait Produk Domestik Bruto, di antaranya:

1. Tidak Mengukur Distribusi Pendapatan

PDB hanya menunjukkan total nilai barang dan jasa atau output ekonomi saja tanpa memperhitungkan bagaimana pendapatan dibagikan di antara penduduk.

Sehingga pertumbuhan PDB yang tinggi tidak selalu mencerminkan peningkatan kesejahteraan masyarakat jika kesenjangan pendapatan semakin lebar.

2. Tidak Mengukur Kualitas Hidup

PDB juga tidak memperhitungkan aspek kualitas hidup masyarakat, seperti kesehatan, pendidikan, ataupun kebahagiaan.

Dengan demikian, negara yang memiliki PDB tinggi tidak otomatis kesejahteraan masyarakat juga meningkat atau lebih sejahtera.

3. Mengabaikan Ekonomi Informal

PDB juga tidak mencakup aktivitas ekonomi informasi atau pasar gelap. Sehingga mengurangi akurasi dalam mengukur aktivitas ekonomi secara keseluruhan.

4. Tidak Memperhitungkan Dampak Lingkungan

PDB juga tidak mempertimbangkan biaya kerusakan lingkungan atau pengurasan sumber daya alam akibat kegiatan ekonomi.

Artinya, seperti halnya polusi atau deforestasi akibat industrialisasi ini tidak tercermin dalam PDB. Sehingga PDB yang tinggi belum tentu mencerminkan kondisi lingkungan atau SDA yang baik.

5. Mengabaikan Aktivitas Non-Ekonomi

PDB juga mengesampingkan pekerjaan yang tidak dibayar dan hanya menghitung transaksi pasar saja.

Sehingga meskipun kontribusinya penting bagi kesejahteraan sosial, namun seperti halnya pekerjaan rumah tangga dan kegiatan sukarela dikesampingkan dalam penghitungan PDB.

Baca Juga: Pajak Karbon dan Tarif Carbon Tax Perusahaan

PDB Indonesia: Tren dan Proyeksi

Sektor Lapangan Usaha Pendorong Produk Domesti Bruto

Tren dan proyeksi produk domestik bruto Indonesia dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari faktor ekonomi global maupun domestik, termasuk kebijakan pemerintah, kondisi pasar internasional, dan perkembangan sektor-sektor utama penyumbang PDB.

A. Data PDB Terbaru

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan PDB Indonesia 2023 sebesar Rp20.892,4 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp75,0 juta atau USD4.919,7.

Sehingga ekonomi Indonesia 2023 tumbuh sebesar 5,05 persen, melambat dibanding pertumbuhan ekonomi pada 2022 yang sebesar 5,31%.

Kemudian PDB atas dasar harga berlaku pada triwulan I-2024 sebesar Rp5.288,3 triliun dan atas dasar harga konstan sebesar Rp3.112,9 triliun, dengan ekonomi tumbuh 5,11% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Sedangkan PDB Indonesia pada triwulan II-2024 sebesar Rp5.536,5 triliun dan atas dasar harga konstan mencapai Rp3.231,0 triliun, dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,05% dibanding periode yang sama 2023.

B. Analisis PDB dari Sektor-Sektor Utama

Sektor-sektor utama yang menyumbang pertumbuhan PDB dari sisi lapangan usaha di antaranya, pertanian, pertambangan & penggalian, industri pengolahan, perdagangan & reparasi, transportasi & pergudangan, dan lainnya.

Sedangkan sektor-sektor utama penyumbang PDB menurut pengeluaran seperti, konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi pemerintah, PMTB, ekspor, dan impor.

Berdasarkan data BPS, penyumbang ekonomi selama 2023 dari sisi produksi tertinggi pada Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan, sedangkan dari sisi pengeluaran ditopang oleh Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nonprofit yang Melayani Rumah Tangga (PK-LNPRT).

Sementara itu pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha triwulan I-2024 dari sisi produksi tertinggi dari sektor Lapangan Usaha Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, sedangkan dari sisi pengeluaran disumbang sektor PK-LNPRT.

Kemudian sektor-sektor yang mampu mendorong pertumbuhan PDB triwulan II-2024 dari sisi produksi yakni Lapangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sedangkan dari sisi pengeluaran disumbang oleh PK-LNPRT.

C. Proyeksi PDB Masa Depan

Dalam Laporan The World Bank berjudul “Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” yang dirilis pada Juni 2024, perekonomian Indonesia pada tahun-tahun mendatang diperkirakan akan tumbuh dengan cepat dan stabil, yang didorong oleh peningkatan belanja publik, investasi bisnis, dan permintaan konsumen.

Menurut Bank Dunia, laju pertumbuhan PDB Indonesia masih kuat meski menghadapi hambatan dari menurunnya harga komoditas, meningkatnya volatilitas harga pangan dan energi, serta meningkatnya ketidakpastian geopolitik.

Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan PDB Indonesia akan mencapai rata-rata 5,1% per tahun dari 2024 hingga 2026.

Cara Meningkatkan PDB Suatu Negara

Sektor Pengeluaran Pendorong Produk Domesti Bruto

Pemerintah di suatu negara akan selalu berupaya meningkatkan produk domestik brutonya melalui berbagai upaya dari kebijakan fiskal hingga moneter, di antaranya:

1. Peningkatan Investasi dan Inovasi

Melalui peningkatan investasi dan inovasi dapat berkontribusi dalam peningkatan PDB.

Dengan investasi, seperti di bidang teknologi dan sektor produktif lainnya, dapat memperluas kapasitas produksi yang pada akhirnya akan menyumbang pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, investasi asing langsung atau FDI (Foreign Direct Investment) juga mampu berkontribusi dalam mendorong perekonomian.

Kemudian inovasi pada teknologi baru juga akan meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor yang mendorong peningkatan PDB.

2. Pembangunan Infrastruktur

Peran pembangunan infrastruktur dan ketersediaannya yang memadai untuk menunjang mobilitas masyarakat dapat meningkatkan PDB.

Sebab infrastruktur yang baik, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, dan jaringan transportasi, membuat distribusi barang dan jasa lebih lancar dan cepat.

Sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas di berbagai sektor ekonomi.

3. Kebijakan Ekonomi yang Berkelanjutan

Kebijakan ekonomi berkelanjutan yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan seperti:

  • Pembangunan infrastruktur hijau (transportasi ramah lingkungan, energi terbarukan, dan lainnya)
  • Peningkatan kualitas SDM dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan terkait dengan ekonomi berkelanjutan untuk pekerjaan di sektor-sektor baru yang ramah lingkungan.
  • Kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang.

Kesimpulan

Produk Domestik Bruto (PDB) adalah indikator utama yang digunakan untuk menilai kondisi perekonomian suatu negara.

PDB mencerminkan total nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu periode, mencakup sektor pemerintah, swasta, dan konsumsi rumah tangga.

PDB terdiri dari dua jenis, yakni nominal dan rill, yang mana perbedaannya berdasarkan pengaruh inflasi.

Produk domestik bruto dihitung menggunakan tiga tipe pendekatan, yakni pengeluaran, produksi, dan pendapatan.

Selain berfungsi untuk mengukur pertumbuhan ekonomi, PDB juga menjadi indikator kesejahteraan masyarakat serta dasar dalam menentukan kebijakan ekonomi.

Meski penting, PDB memiliki kelemahan, seperti tidak memperhitungan distribusi pendapatan, kualitas hidup, ekonomi informal, dampak lingkungan, dan aktivitas non-ekonomi.

Pertumbuhan PDB Indonesia cenderung stabil, meski menghadapi tantangan global. Faktor-faktor yang memengaruhi PDB meliputi investasi, konsumsi rumah tangga, pengeluaran pemerintah, ekspor dan impor.

Guna mendorong peningkatan PDB, pemerintah berupaya melalui kebijakan investasi, pembangunan infrastruktur, dan ekonomi berkelanjutan

Referensi

Database Peraturan JDIH BPK. Undang-Undang (UU) No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik

BPS.go.id. Produk Domestik Bruto Indonesia Triwulanan

Lib.Lemhannas.go.id. Page 7 – Perpustakaan Lemhannas RI

Study Smarter. Nominal GDP vs Real GDP

Ons.gov.uk.What is GDP

IMF.org.Gross Domestic Bruto Product (GDP)

Fiskal Kementerian Keuangan. Belanja Negara dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Database Peraturan JDIH BPK. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

X.com Kemenkeu. Perbedaan PDB (Produk Domestik Bruto) dan PNB (Pendapatan Nasional Bruto)

X.com Kemenkeu. Perbedaan PDB dan PNB atau GNP

BPS.go.id.Berita Resmi Statistik Ekonomi Indonesia Triwulan IV-2023

BPS.go.id. Berita Resmi Statistik Ekonomi Indonesia Triwulan I-2024

BPS.go.id.Berita Resmi Statistik Ekonomi Indonesia Triwulan II-2024

Worldbank.org. Perekonomian Indonesia Diproyeksikan Tetap tangguh

Worldbank.org.Indonesia Economic Prospects

Kategori : Edukasi

Aplikasi Pajak Online Mekari Klikpajak

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Klikpajak

Aplikasi Pajak Online Mekari Klikpajak

Ikuti akun media sosial resmi dari Mekari Klikpajak
WhatsApp Hubungi Kami