Dalam sistem perpajakan di Indonesia, terdapat aturan yang menyatakan bahwa pembayaran dan pelaporan pajak untuk setiap wajib pajak memiliki batas waktu yang jelas dan mengikat.
Batas waktu ini harus menjadi acuan utama bagi wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakan, sehingga setiap pembayaran dan pelaporan segera dituntaskan sebelum tanggal tersebut.
Sama halnya dengan pembayaran, PPh 25 badan adalah angsuran pajak penghasilan dalam tahun berjalan.
Tentu saja pembayaran PPh 25 hanya satu dari sekian banyak jenis kewajiban yang memiliki batas waktu tertentu dalam pelaksanaannya.
Pada artikel ini juga akan disampaikan batas bayar dan batas lapor untuk beberapa jenis pajak yang harus diingat dan ditaati.
Ketentuan Umum
Untuk ketentuan umum sendiri akan dibagi menjadi dua, yaitu untuk wajib pajak orang pribadi dan wajib pajak badan. Penyampaian SPT wajib pajak orang pribadi, paling lambat adalah tiga bulan setelah akhir tahun pajak.
Hal ini disesuaikan dengan jangka waktu satu tahun kalender, kecuali jika wajib pajak menggunakan tahun buku yang berbeda.
Kewajiban ini dikecualikan pada wajib pajak orang pribadi yang memiliki penghasilan di bawah angka PTKP. Jika terjadi kekurangan maka harus dilunasi sebelum SPT PPh disampaikan.
Sedangkan, untuk wajib pajak badan waktu penyampaian SPT Tahunannya adalah empat bulan setelah tahun pajak berakhir. Sama seperti wajib pajak orang pribadi, tahun pajak yang digunakan adalah tahun kalender, kecuali jika wajib pajak menggunakan tahun buku berbeda.
Wajib pajak badan juga perlu melunasi kewajiban pajak terutang sebelum SPT Tahunan disampaikan.
Jenis Pajak, Batas Bayar dan Batas Lapor
Berikut akan disampaikan mengenai jenis pajak dan kaitannya dengan batas waktu pembayaran pajak dan batas pelaporan, tentu juga menyebutkan batas pembayaran PPh 25.
No. | Jenis Pajak | Batas Bayar menurut Pasal 2 PMK 242/PMK.03/2014 | Batas Lapor menurut undang-undang bidang Perpajakan |
1. | PPh Pasal 4 Ayat 2 setor sendiri | Tanggal 15 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan berikutnya |
2. | PPh Pasal 4 Ayat 2 pemotongan | Tanggal 10 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan berikutnya |
3. | PPh Pasal 15 setor sendiri | Tanggal 15 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan berikutnya |
4. | PPh Pasal 15 pemotongan | Tanggal 10 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan berikutnya |
5. | PPh Pasal 21 | Tanggal 10 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan berikutnya |
6. | PPh Pasal 23/26 | Tanggal 10 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan berikutnya |
7. | PPh Pasal 25 | Tanggal 15 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan berikutnya |
8. | PPh Pasal 22 impor setor sendiri | Saat penyelesaian dokumen PIB | – |
9. | PPh Pasal 22 impor yang pemungutan dilakukan bea cukai | 1 hari kerja berikutnya | Hari terakhir minggu berikutnya |
10. | PPh Pasal 22 pemungutan oleh bendaharawan | Hari yang sama dengan pembayaran atas penyerahan barang | 14 hari setelah masa pajak berakhir |
11. | PPh Pasal 22 Migas | Tanggal 10 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan berikutnya |
12. | PPh Pasal 22 pemungutan oleh wajib pajak badan tertentu | Tanggal 10 bulan berikutnya | Tanggal 20 bulan berikutnya |
13. | PPN dan PPnBM | Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan sebelum SPT Masa PPN disampaikan | Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir |
14. | PPN atas kegiatan membangun sendiri | Tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir | Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir |
15. | PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar daerah pabean | Tanggal 15 bulan berikutnya setelah saat terutangnya pajak | Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir |
16. | PPN dan PPnBM pemungutan bendaharawan | Tanggal 7 bulan berikutnya | Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir |
17. | PPn dan PPnBM pemungutan oleh Pejabat Penandatanganan Surat Perintah Membayar sebagai Pemungut PPN | Harus disetor pada hari yang sama dengan pelaksanaan pembayaran kepada PKP Rekanan Pemerintah melalui KPPN | – |
18. | PPN dan PPnBM Pemungutan selain bendaharawan | Tanggal 15 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir | Akhir bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir |
19. | PPh Pasal 25 wajib pajak kriteria tertentu yang dapat melaporkan beberapa masa pajak dalam satu SPT Masa (dalam Pasal 3 Ayat 3B UU KUP) | Harus dibayar paling lama pada akhir Masa Pajak terakhir | 20 hari setelah berakhirnya masa pajak terakhir |
20. | Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 Wajib pajak kriteria tertentu yang dapat melaporkan beberapa masa pajak dalam satu SPT Masa (dalam Pasal 3 Ayat 3B UU KUP) | Harus dibayar paling lama sesuai dengan batas waktu untuk masing-masing jenis pajak | 20 hari setelah berakhirnya masa pajak terakhir |
Ketentuan Lain dan Sanksi
Untuk PPh 25 sendiri terdapat ketentuan tambahan untuk pengecualian SPT Masa PPh Pasal 25, yaitu:
- Wajib pajak orang pribadi yang tidak menjalankan atau tidak melakukan pekerjaan bebas.
- Wajib pajak orang pribadi yang dalam setahun pajak menerima atau memperoleh penghasilan neto tidak lebih dari PTKP.
- Melakukan pembayaran PPh Pasal 25 lewat bank persepsi atau kantor pos persepsi dengan pembayaran online (dilengkapi SSP yang ber-NTPN). SPT dianggap telah disampaikan sesuai dengan tanggal validasi yang tertera pada SSP.
Untuk keterlambatan pembayaran PPh Pasal 25 sendiri akan dikenakan denda administratif sebesar Rp100.000
Sebenarnya, keterlambatan pembayaran PPh 25 dapat dihindari sebab kini tersedia kanal online pembayaran pajak, baik dari DJP atau mitra resminya.
Klikpajak sebagai salah satu mitra resmi DJP, dapat Anda jadikan kanal pembayaran PPh 25. Proses yang mudah dan ringkas akan menghemat waktu Anda.
Klikpajak juga menyediakan fitur pengarsipan gratis untuk setiap akun dan dapat digunakan gratis. Segera daftar untuk membuat akun Klikpajak dan rasakan manfaatnya!