Banyak Wajib Pajak yang tentu pernah atau bahkan sering mendengar istilah kurs tengah Bank Indonesia (BI). Kurs merupakan nilai mata uang suatu negara yang dinyatakan dengan nilai mata uang negara lain. Kurs sering digunakan untuk transaksi yang melibatkan dua mata uang dari negara yang berbeda. Misalnya Anda berbelanja barang dari luar negeri, dan menggunakan dolar dalam transaksi tersebut, maka di sinilah kurs akan bekerja. Dalam hal ini Dolar merupakan valuta asing, sehingga Anda perlu menukar Rupiah dengan Dolar. Perbandingan mata uang inilah yang disebut dengan kurs.
Bank memiliki tiga kurs, yakni kurs jual, kurs beli, dan kurs tengah. Berikut penjelasannya:
- Kurs jual adalah kurs yang dipakai apabila bank menjual suatu mata uang asing. Dengan kata lain, bank berposisi sebagai penjual dan Anda sebagai pembeli.
- Kurs beli adalah kurs yang dipakai apabila posisi bank sebagai pembeli, dan Anda sebagai pemegang mata uang asing. Dalam hal ini bank sebagai pembeli dan Anda sebagai penjual. Meskipun terkesan seperti transaksi jual-beli, pihak bank yang menentukan harga suatu mata uang asing, baik saat menjual maupun membeli.
Pengertian Kurs Tengah Bank Indonesia
Kurs tengah BI merupakan kurs yang digunakan dalam mencatat nilai konversi mata uang asing dalam laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan definisinya, kurs tengah adalah kurs antara kurs jual dan kurs beli. Kurs tengah dihitung berdasarkan jumlah kurs jual dan kurs beli dibagi dua.
Pentingnya Kurs Tengah dalam Pelaporan Pajak
Kurs Tengah Bank Indonesia (BI) memiliki fungsi dalam pelaporan pajak dan keuangan terutama karena kurs ini digunakan untuk menghitung nilai mata uang asing dalam laporan keuangan perusahaan. Biasanya perusahaan asing yang beroperasi di Indonesia menggunakan kurs tengah untuk penyajian laporan keuangannya.
Cara menentukan kurs tengah BI adalah dengan membagi dua hasil tambah kurs jual dan kurs beli dari mata uang asing yang bersangkutan dalam satu periode yang sama. Pada akhir periode ketika terdapat perbedaan antara nilai dengan awal periode, selisih laba atau rugi)yang muncul dapat disajikan di dalam Other Comprehensive Income atau disingkat OCI. Dalam penjurnalan, keduanya didefinisikan dengan akun “Cash in Bank”.
Berikut contoh perhitungan kurs tengah BI:
Diketahui saldo awal akun kas dan bank dalam mata uang Dolar (USD) sebesar $3090 atau setara Rp40.170.000,00 dengan nilai per satu Dolar adalah Rp13.000,00. Pada akhir tahun buku perusahaan nilai kurs per 1 Dolar adalah Rp15.000,00 dengan asumsi saldo kas dan bank sama dengan saldo awal yakni $3090. Maka nilai $3090 yang semula Rp40.170.000,00 berubah menjadi Rp46.350.000,00. Dengan kata lain ada selisih kurs sebesar Rp6.180.000,00.
Saldo awal kas dan bank: Rp40.170.000,00 ($1 = 13.000)
Saldo akhir kas dan bank: Rp46.350.000,00 ($1 = 15.000)
Selisih kurs: Rp6.180.000,00
Kas dan bank pada laporan neraca akan mengalami penurunan yang diakibatkan konversi nilai kurs Dolar ke mata uang Rupiah sebesar Rp6.180.000,00 sebagaimana telah dijelaskan di atas. Selisih kurs tersebut akan mempengaruhi penurunan laba bersih perusahaan pada laporan keuangannya.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Kurs
1. Kontrol dari Pemerintah
Pemerintah memiliki hak untuk mengintervensi dalam sektor perekonomian. Hal ini bertujuan untuk menjaga keseimbangan sektor ekonomi baik mikro maupun makro, termasuk adalah menjaga keseimbangan atau kestabilan nilai tukar Rupiah dengan mata uang negara lain.
2. Tingkat Inflasi dan Deflasi
Inflasi menjadi faktor penting yang mempengaruhi nilai tukar mata uang suatu negara. Inflasi akan membuat nilai tukar mata uang suatu negara menurun. Sedangkan deflasi akan membuat nilai tukar mata uang suatu negara naik.
3. Perbedaan Suku Bunga Beberapa Negara
Jika tingkat suku bunga di suatu negara mengalami perubahan, maka akan mempengaruhi arus modal internasional. Jika suku bunga mengalami kenaikan, akan meningkatkan masuknya modal asing. Begitu pula sebaliknya. Suku bunga ini akan mempengaruhi pasar valuta asing dan juga pasar uang. Saat melakukan transaksi, bank akan mempertimbangkan perbedaan suku bunga di pasar modal nasional maupun internasional berdasarkan laba yang diperoleh.
4. Aktivitas Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran aktif dapat meningkatkan nilai mata uang nasional. Dampak dari neraca ini diukur terhadap nilai tukar uang yang sudah ditentukan oleh tingkat keterbukaan ekonomi
5. Tingkat Pendapatan Relatif
Laju pertumbuhan pendapatan dalam negeri biasanya dapat melemahkan kurs mata uang asing. Jika pendapatan riil dalam negeri meningkat, maka permintaan terhadap mata uang asing akan meningkat jika dibandingkan suplai ketersediaan.
6. Ekspektasi
Ekspektasi dari nilai mata uang di masa depan akan berpengaruh terhadap nilai tukar valuta asing. Pasar valuta asing akan bereaksi cepat terhadap informasi yang berpengaruh terhadap nilai tukar mata uang di masa yang akan datang.