Akibat perang dagang yang terjadi di dunia ini yaitu di antara Negara-Negara adikuasa di dunia, saat ini mengakibatkan perekonomian hampir di seluruh dunia terpengaruh. Yaitu dengan depresiasi nilai mata uang dikarenakan nilai ekspor impor dengan Negara bersangkutan. Hal ini juga berdampak pada nilai Rupiah, Rupiah saat ini mengalami depresiasi yang sangat tinggi hingga menyentuh di angka Rp15.000. Depresiasi Rupiah ini memberikan efek domino pada keadaan domestik suatu Negara termasuk pada nilai kurs fiskal. Lalu dampak apa saja yang ditimbulkan oleh depresiasi Rupiah ini, dan bagaimana solusi yang harusnya diambil pemerintah untuk menjaga perekonomian Negara. Berikut ini ulasannya.
Order Para Eksportir Menyusut
Dengan pelemahan Rupiah, maka para eksportir yang sebelumnya kebanjiran pesanan dari luar negeri, bisa-bisa menyusut. Tentu tidak semua eksportir, tapi khusus ekspotir yang produknya masih bergantung pada bahan baku impor.
Hal ini diakibatkan karena Rupiah melemah, maka harga jual produk menjadi mahal. Tidak hanya di dalam negeri, tapi juga harga jual di luar negeri tak lagi kompetitif. Permintaan barang ekspor menurun sehingga penjualan makin lesu dan produsen banyak kehilangan order.
Persaingan makin ketat karena karena bisa jadi negara lain punya produk yang lebih murah akibat nilai tukar mereka lebih kuat dibanding Rupiah. Hal ini akan makin merugikan produsen kita karena produknya tidak lagi kompetitif.
Bila konsumen luar negeri tidak mau beralih dengan produk lain alias sudah jatuh cinta dengan produk kita, biasanya mereka hanya mengurangi jumlah pesanannya karena tidak mampu dengan harga yang ditawarkan.
Peningkatan Kurs Pajak Mengakibatkan Beban Pengusaha Meningkat
Depresiasi nilai tukar Rupiah yang berlangsung saat ini telah berdampak pada kenaikan nilai kurs pajak sehingga kian menambah beban pelaku usaha. Kurs pajak tersebut digunakan sebagai acuan untuk pelunasan pajak pertambahan nilai (PPN), pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM) dan bea masuk. Sebagai contoh, kurs pajak dengan satuan dolar Amerika Serikat (AS) meningkat 0,34% menjadi Rp15.000-an dari posisi sebelumnya Rp14.000-an per dolar AS. Dapat diberi garis besar bahwa, depresiasi rupiah ini akan memberikan 2 dampak yang signifikan terhadap pengusaha, antara lain:
-
Biaya produksi meningkat
Melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar sangat memengaruhi terhadap pengusaha terlebih bagi pengusaha yang menggunakan bahan baku impor. Kondisi ini akan mengakibatkan semakin mahalnya bahan baku produksi. Kalau pada sebelumnya pengusaha dapat membeli dengan harga sekian Dolar dalam sekian Rupiah, kini mereka harus mengeluarkan Rupiah yang lebih untuk nilai bahan baku yang sama. Hal ini dapat mengakibatkan harga jual pada masyarakat, akibatnya gairah pembelian masyarakat pada sutu produk usaha akan menurun.
-
Beban pajak
Depresiasi nilai Rupiah terhadap mata uang asing, akan mengakibatkan beban pajak pengusaha semakin meningkat. Apalagi bagi badan usaha yang bergerak di bidang ekspor impor dan ataupun penghasilannya berupa valuta asing. Mengapa hal ini dapat terjadi? Dikarenakan berpengaruh pada pembayaran pajak PPn, PPnBM, PPh, dan lain sebagainya.
Peran Pemerintah Menjaga Kurs Fiskal
Peran pemerintah di sini sangat dibutuhkan dikarenakan pemerintah terlebih kementerian keuangan sebagai entitas yang bertanggung jawab langsung terhadap kebijakan fiskal di sebuah Negara. Jika depresiasi nilai Rupiah ini terus dibiarkan, pendapatan Negara akan pajak memang akan tinggi, dikarenakan beban pajak yang tinggi pula yang harus diterima oleh badan pengusaha. Dampak yang lebih merugikan akan muncul terhadap keadaan domestik Negara seperti tingkat inflasi yang tinggi, penurunan gairah dan konsumsi pasar.
Kebijakan yang dapat pemerintah lakukan yaitu menjaga suku bunga kredit, menjaga nilai impor, dan meningkatkan sektor ekspor. Menggerakkan sector UMKM dan penggunaan bahan baku buatan dalam negeri, dan lain sebagainya. Peran pemerintah disini sangat dibutuhkan untuk menjaga perekonomian domestik suatu Negara.