Depreciation Expense adalah terdiri dari kata Depreciation yang memiliki makna penyusutan dan expense bermakna beban. Sebelum membahasnya lebih jauh, kita akan terlebih dahulu mengenal apa itu beban dalam istilah keuangan.
Pengertian Depreciation Expense
Beban atau disebut juga dengan depreciation expense adalah suatu penurunan manfaat ekonomi dalam suatu periode akuntansi. Dalam bentuk arus keluar ataupun berkurangnya aktiva. Bisa juga diartikan saat terjadinya kewajiban yang menyebabkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Beban terjadi dikarenakan dua hal berikut. Pertama dikarenakan biaya yang telah melampaui masanya dengan penggunaan yang muncul atas pemanfaatan tertentu atau utilitas.
Beban atau expense ini seringkali dikaitkan dengan sebuah revenue pada periode yang berjalan. Pengeluaran dari beban ini dapat dinilai dengan sumber-sumber yang digunakan sebagai realisasi jumlah pendapatan dalam periode akuntansi. Klasifikasi pada kategori beban ini biasanya digunakan sebagai sumber pendapatan atau untuk memperoleh hasil suatu perusahaan. Seperti halnya dalam perhitungan laba rugi dimana terdapat beban sewa, listrik, gaji, ataupun terjadinya penyusutan.
Beban ini dianggap mengurangi pendapatan dan akan menghasilkan laba yang bersih dalam perusahaan. Hal tersebut berlaku sebelum digunakan untuk membayar pajak. Beban juga bisa digunakan sebagai standar dari penurunan manfaat dari suatu kegiatan ekonomi dalam satu periode akuntansi yang berbentuk kas keluar.
Dalam laporan laba rugi, beban dapat didasarkan dari hal-hal seperti adanya penurunan aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan. Adanya proses produksi yang dilakukan untuk menghasilkan barang atau jasa. Adanya kewajiban perusahaan terhadap para karyawan seperti pembayaran gaji. Adanya kewajiban perusahaan yang tidak diiringi dengan perolehan aktiva, seperti pemberian atau pengadaan garansi pada produk.
Beban, seringkali disalah artikan dengan biaya. Padahal keduanya cukup jelas berbeda. Dimana biaya merupakan suatu hal yang memang harus dikeluarkan agar bisa mendapatkan sebuah keuntungan. Dan juga untuk mendapatkan manfaat di masa yang akan datang sehingga bernilai ekonomis. Contohnya saja saat terjadi transaksi pembelian aktiva, tetap mengeluarkan biaya atau uang.
Tentunya akan terdapat transaksi pengeluaran pembelian aktiva tetap yang dituliskan dalam akun kas. Dengan adanya hal tersebut, diharapkan nantinya mampu mendapatkan manfaat secara ekonomis. Yang berasal dari aktiva yang dibeli di masa yang akan datang. Biasanya akuntan menggunakan biaya untuk merujuk secara khusus kepada aset bisnis. Bahkan lebih dikhususkan lagi untuk aset yang disusutkan.
Biaya lebih diartikan sebagai suatu aset mencakup setiap biaya untuk membeli, mengirimkan, dan menyiapkan aset, dan untuk melatih karyawan dalam penggunaannya. Contohnya saja pada bisnis manufaktur yang melakukan pembelian mesin. Dan biayanya termasuk pengiriman, penyiapan, serta pelatihan. Basis biaya digunakan juga untuk menetapkan dasar depresiasi dan faktor pajak lainnya.
Biaya aset kemudian muncul di akuntansi bisnis di neraca. Biaya awal pun akan selalu ditampilkan yang kemudian akumulasi penyusutan akan dikurangkan. Penyusutan atau pengurangan dilakukan dengan hasil nilai buku aset tersebut. Semua aset pada bisnis digabungkan untuk tujuan neraca.
Jenis Beban
Jenis beban yang pertama adalah beban pada penjualan atau akuntasi merupakan semua beban yang muncul dalam berjualan dan saat penjualan barang. Seperti kegiatan promosi dan juga pengangkutan barang yang akan dijual. Yang kedua adalah beban administrasi dan umum. Yang merupakan beban yang bersifat umum dalam perusahaan. Seperti beban gaji dan juga upah. Yang ketiga adalah beban lain-lain.
Dimana beban jenis ini merupakan beban yang tidak dapat dihubungkan secara langsung dengan kegiatan utama perusahaan. Seperti beban bunga. Terdapat juga jenis beban lain yang menjadi pendukung kegiatan operasional perusahaan, yaitu:
Accrued Expense
Accrued Expense atau dikenal juga sebagai beban akrual. Yang merupakan beban yang masih harus dibayarkan, tetapi pembayarannya belum dilakukan kemudian. Hingga sampai pada periode selanjutnya. Biasanya beban ini terjadi sesuai dengan kesepakatan ketika beban tersebut terbentuk dan juga akan dikeluarkan kapan.
Bad Debts Expense
Bad Debts Expense diartikan sebagai Beban Kredit Macet. Adalah merupakan beban yang timbul karena tindakan tertagihnya piutang usaha. Ketika kemudian perusahaan terlibat piutang dan pihak yang berhutang enggan melunasi hutang tersebut, muncullah beban jenis kredit macet ini.
Operational Expense
Beban Operasional atau Operational Expense diartikan sebagai beban penjualan dan juga beban umum administrasi. Jenis beban operasional ini menyangkut keseluruhan beban yang berhubungan juga dengan aktivitas operasional perusahaan. Hal ini disebutkan ketika suatu perusahaan mengeluarkan biaya untuk penyediaan kebutuhan kantor. Maka beban ini disebutkan sebagai beban umum dan administrasi.
Depreciation Expense
Beban Penyusutan atau Depreciation Expense adalah merupakan beban yang timbul karena pemakaian aktiva yang berwujud. Seperti diketahui bahwa jenis aset yang mengalami penyusutan lumayan beragam. Yang paling sering ditemukan di perusahaan adalah aset berbentuk kendaraan dimana setiap tahunnya mengalami penyusutan nilai.
Sehingga penting untuk mempertimbangkan berapa lama aset tersebut akan bertahan nilainya. Juga bagaimana memperhitungkan bebannya. Beban depreciation expense adalah biaya aset dari waktu ke waktu dan merupakan perhitungan yang membantu bisnis menentukan dan memperkirakan status keuangan untuk tujuan penganggaran.
Deffered Expense atau Prepaid Expense
Beban yang Ditangguhkan yang disebut juga dengan Deffered Expense atau Prepaid Expense. Dapat diartikan sebagai beban yang dibayar di muka atau pengeluaran yang sudah dibayarkan akan tetapi manfaat ekonominya belum terasa. Bisa juga diartikan bahwa barang atau jasa tersebut meskipun sudah dibayar oleh perusahaan namun belum bisa digunakan oleh perusahaan tersebut.
Other Expense
Beban lain-lain dimana jenis beban yang muncul tersebut tidak berhubungan langsung dengan kegiatan produksi. Sehingga kemudian segala jenis beban yang tidak berhubungan dengan kegiatan produksi itu akan masuk ke dalam kategori ini.
Beban Penyusutan
Depreciation expense adalah penyusutan nilai beban. Penyusutan aktiva tetap ini tentunya memberikan pengaruh pada laporan laba rugi dan neraca. Penyusutan aktiva tetap bertujuan untuk menunjukkan nilai real suatu aset tetap pada entitas tersebut. Beberapa faktor yang memberikan pengaruh pada besaran penyusutan adalah harga perolehan aset, umur ekonomis dan juga nilai residu nya.
Penggunaan metode penyusutan ini juga berpengaruh pada besaran nilai peensnyusutan yang akan dikenakan. Untuk dapat menghitung biaya penyusutan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, bisa dengan mengurangi nilai sisa aset dari biayanya. Hal ini bertujuan untuk menentukan jumlah yang dapat disusutkan.
Kedua, membagi jumlah ini dengan jumlah tahun dalam masa manfaat aset tersebut. Bagi dengan 12 bulan untuk mengetahui depresiasi. Dalam hal ini, Depresiasi atau penyusutan merupakan salah satu prosedur yang penting untuk dilakukan. Yang bertujuan untuk menghitung atau mengukur nilai aset selama periode penggunaan.
Metode Penyusutan Aktiva Tetap
Untuk lebih memahaminya, ada beberapa metode penyusutan aktiva tetap yang perlu diketahui. Antara lain:
Straight Line Method
Straight Line Method yang biasanya dikenal sebagai metode penyusutan garis lurus. Besaran beban penyusutan yang terjadi sama di setiap tahun. Penyusutan aktiva tetap dengan metode ini dapat dilakukan dengan contoh berikut: Sebuah kendaraan dibeli pada tahun 2019 seharga Rp70.000.000 dengan nilai residu sebesar Rp5.000.000.
Diperkirakan masa manfaat kendaraan ini dapat digunakan hingga 7 tahun ke depan. Maka bisa perhitungan beban penyusutannya tiap tahun adalah: (Rp70.000.000 – Rp5.000.000): 7 = Rp65.000.000: 5 = Rp9.286.000 per tahunnya.
Double Declining Balance Method
Double Declining Balance Method ini bisa diartikan dengan metode penyusutan saldo. Metode perhitungannya menggunakan persentase pada harga yang bersangkutan. Besaran persentase penyusutannya harga biasanya sampai dua kali persentase tarif penyusutan metode garis lurus. Karenanya untuk memahami metode ini kita bisa gunakan contoh yang sama seperti pada metode garis lurus.
Persentase yang bisa digunakan dalam metode ini bisa berupa saldo menurun tunggal atau berganda. Contoh perhitungannya yaitu: persen depresiasi per tahun dibagi setengah tahun dikali 100% = 20% x 2 = 40%
Sum of The Year Digit Method
Sum of The Year Digit Method dimana perhitungan metode ini menggunakan besaran penyusutan aktiva tetap tiap tahun yang jumlahnya semakin menurun. Sebagai contoh perumpamaan pada peralatan yang dibeli tahun 2019 dan memiliki umur ekonomis selama 5 tahun. Maka perhitungan jumlah umur ekonomisnya adalah 1+2+3+4+5=15 sebagai nilai penyebutnya. Sementara untuk urutan tahunlah yang menjadi pembilangnya.
Service Hours Method
Service Hours Method atau metode penyusutan jam kerja. Dimana perhitungannya didasarkan pada jumlah satuan produk yang dihasilkan. Dapat dijadikan contoh pembelian sebuah peralatan yang dibeli pada tahun 2021. Dan memiliki kemampuan kapasitas produksi selama 10.000 jam. Jika kemudian rata-rata produksi tiap tahunnya sekitar 3000 jam saja.
Maka cara menghitung nilai penyusutannya adalah Rp50.000.000 – Rp5.000.000 = Rp45.000.000: 10.000 jam = 4500/jam. Maka kemudian nilai penyusutan per tahunnya dapat dihitung dengan cara 4500 x 3000 jam sehingga besaran beban penyusutan Rp13.500.000 per tahun.
Productive Output Method
Productive Output Method atau perhitungan yang didasarkan pada jumlah satuan produk yang dihasilkan pada periode tertentu. Cara menghitung depreciation expence adalah dengan mengalikan jam dari satuan produksi dengan tarif penyusutan setiap produk yang dihasilkan. Contoh perhitungannya pada peralatan yang dibeli pada tahun 2020. Ternyata kapasitas produksi peralatan 10.000 unit.
Sedangkan rata-rata hasil produksi per tahunnya adalah 2500 menit maka perhitungan nilai penyusutan pada setiap tahunnya adalah sebagai berikut: Rp50.000.000 – Rp5.000.000 = Rp45.000.000: 10.000 unit = 4500 per unit. Sementara nilai penyusutan per tahunnya adalah 4500 x 2500 unit = Rp11.250.000 per tahunnya.
Dampak Penyusutan Aset
Dampak Depreciation expense adalah hal yang tidak bisa disepelekan. Sebab itu, sangatlah penting melakukan penghitungan depresiasi aset untuk menunjang bisnis. Jika tidak dilakukan perhitungan depresiasi aset, maka akan timbul dampak yang tidak diinginkan. Sebab tentunya, dampak tersebut bukan merupakan sesuatu pencapaian yang baik untuk perusahaan tersebut.. Mari kita simak dampak yang mungkin terjadi ketika Anda tidak memperhitungkan depresiasi aset.
- Nilai bisnis yang tidak tepat akan terjadi jika suatu perusahaan tidak mendepresiasi nilai aset modal dengan benar, Tidak akan diketahui dengan pasti nilai total dari bisnis. Nilai aset yang tercatat dalam buku laporan juga akan melebihi nilai seharusnya sehingga laba bisnis yang tercatat juga lebih tinggi dari yang ada. Dan juga, kerugian yang dialami tidak akan tercatat. Hal tersebut akan berimbas pada pembukuan yang tidak akan dapat merepresentasikan kesehatan bisnis yang sesungguhnya.
- Timbulnya masalah pada perpajakan. Sebab tanpa adanya perhitungan depresiasi aset, pajak yang dikeluarkan bisa jadi lebih besar dari yang seharusnya. Karena pencatatan laba pun lebih besar dari perhitungan yang ada. Selain itu juga, akan ada resiko kesalahan pada pengurangan biaya modal untuk pembayaran pajak. Padahal apabila kesalahannya hanya sedikit salah perhitungan matematika, mungkin saja tidak akan ada masalah besar. Tapi bagaimana jika terdapat kesalahan yang cukup besar dalam perhitungan wajib pajak perusahaan tersebut? Pihak perpajakan bisa jadi memulai penyelidikan formal terhadap perusahaan. Serta mengaudit kembali jumlah wajib pajak yang akan berpengaruh pada kredibilitas perusahaan.
- Masa pakai aset yang tidak tepat karena tidak menghitung biaya depresiasi aset perusahaan. Sehingga tidak akan diketahui pasti kapan harus mengganti aset-aset tersebut dan tidak dapat memaksimalkan masa pakainya. Kemungkinan terlambat dalam mengganti peralatan yang sudah habis masa pakainya dan ini akan berpengaruh dalam pengorprasian bisnis. Dan hal ini akan semakin parah jika tidak ada persiapan anggaran untuk menggantinya. Karena untuk memperbaiki ataupun membeli peralatan yang baru tentu tidak hanya membutuhkan dana sedikit. Jika dana tersebut tidak dipersiapkan dan kemudian mengganggu aliran dana yang lain yang juga dibutuhkan untuk teknis pelaksanaan usaha, maka hal ini akan menimbulkan masalah baru bagi perusahaan tersebut.
Kesimpulannya Istilah akuntansi pada depreciation expense adalah memiliki definisi sebagai pengurangan biaya tercatat dari aset tetap secara sistematis. Hingga sampai nilai aset menjadi nol atau tidak memiliki nilai ekonomi. Karena itulah jika suatu perusahaan tidak melakukan perhitungan depresiasi aset dengan tepat.